Jakarta – Wacana Indonesia membeli kapal induk eks Marina Militare Italia menjadi perbincangan hangat di kalangan militer dan politik nasional. Meskipun langkah ini menawarkan peluang besar dalam memperkuat kemampuan Angkatan Laut Indonesia, terdapat tantangan terkait konsep operasional dan keputusan politik yang menyertainya.
Kapal induk yang dimaksud diduga merupakan salah satu aset strategis Italia yang telah memasuki masa pensiun. Dengan spesifikasi tinggi, kapal ini dinilai mampu meningkatkan daya gentar pertahanan maritim Indonesia di kawasan Indo-Pasifik. Namun, pembelian ini tidak hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut keselarasan dengan doktrin pertahanan nasional.

Menurut sejumlah pengamat militer, langkah ini dapat memberikan keuntungan strategis bagi Indonesia, terutama dalam menghadapi dinamika geopolitik di Laut China Selatan. Namun, beberapa pihak mempertanyakan kesiapan Angkatan Laut Indonesia untuk mengoperasikan kapal induk secara efektif, mengingat kompleksitas logistik, operasional, dan biaya pemeliharaan yang tinggi.
“Apakah kita benar-benar membutuhkan kapal induk? Jika iya, bagaimana rencana penggunaannya? Semua ini perlu perhitungan matang,” ujar seorang analis pertahanan.
Isu lain yang tak kalah penting adalah dukungan politik terhadap rencana ini. Sebagai negara dengan anggaran pertahanan yang terbatas, prioritas pengadaan alutsista sering kali menjadi bahan perdebatan di tingkat pemerintah dan parlemen.
Hingga kini, belum ada keputusan resmi dari pihak pemerintah terkait pembelian kapal induk ini. “Kita lihat saja nanti,” ujar seorang pejabat militer yang enggan disebutkan namanya.
Rencana ini tentu menimbulkan antusiasme sekaligus keraguan di tengah masyarakat. Apakah Indonesia akan mengambil langkah berani untuk membeli kapal induk ini atau memilih fokus pada modernisasi armada yang lebih sesuai dengan kebutuhan operasional saat ini? Semua mata kini tertuju pada pemerintah dan langkah strategis yang akan diambil.
(Edi D/Red/**)