Pemkab-Unair Probolinggo Gelar FGD Praktek Baik Puskesmas Dalam MTBS Di Puskesmas

Patrolihukum.net // Probolinggo – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo Dinas Kesehatan (Dinkes) bekerja sama dengan Unicef dan FKM Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menggelar Focus Group Discussion (FGD) praktek baik dari Puskesmas Pakuniran dan Leces dalam pelaksanaan Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS) di puskesmas, Senin (6/5/2024).

Kegiatan yang dihadiri oleh Plt Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo dan Yuly Sulistyorini dari Tim Geliat Airlangga Unair ini diikuti oleh unsur tenaga bidan, dokter, perawat, nutrisionis dari 33 puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Probolinggo.

Plt Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo menyampaikan penguatan terkait dengan pelayanan kesehatan untuk balita sakit di tingkat puskesmas. Masalah kesehatan balita harus ditangani sesuai dengan pedoman MTBS.

“Bagaimana usaha kita bersama untuk mencegah balita tidak jatuh sakit dan tetap sehat. Pentingnya peningkatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif untuk mencegah balita sakit untuk mencegah balita tidak sakit,” katanya.

Melalui kegiatan ini Tutug mengharapkan para tenaga kesehatan yang ada di puskesmas maupun rumah sakit di Kabupaten Probolinggo bisa fokus kepada masalah penurunan kematian ibu dan anak serta stunting. “Dengan adanya FGD MTBS hari ini, puskesmas maupun rumah sakit mampu melakukan penanganan balita sakit sesuai dengan kewenangannya masing-masing,” tegasnya.

Sementara Yuly Sulistyorini dari Tim Geliat Airlangga Unair mengungkapkan berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita salah satunya melalui implementasi MTBS. MTBS merupakan suatu pendekatan dalam memberikan pelayanan kepada bayi baru lahir.

“Ini berfokus pada deteksi dini dan memberikan pengobatan standar penyakit yang biasa terjadi pada bayi baru lahir dan balita untuk mencegah kasus dan komplikasi yang lebih buruk. MTBS mencegah peluang yang terlewatkan untuk mencapai cakupan imunisasi dasar yang lengkap dan berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat melalui peningkatan pengetahuan dan praktik pengasuhan untuk anak-anak mereka,” ujarnya.

Namun, bantuan teknis lebih lanjut untuk memastikan MTBS berkualitas diperlukan. Meningkatkan implementasi MTBS di Primary Health Care (PHC) dan di masyarakat juga akan mengatasi pembunuh anak utama yang akan berkontribusi pada penurunan angka kematian balita.

“Kegiatan ini memiliki harapan dari puskesmas best practice untuk menjadi contoh baik bagi pelayanan puskesmas lainnya. Pada kegiatan ini juga akan dilaksanakan Forum Group Discussion (FGD) untuk menggali dan mendiskusikan tentang peran, kendala, upaya serta pencatatan pelaporan dalam pelayanan MTBS,” terangnya.

Menurut Yuly Sulistyorini, kegiatan ini bertujuan untuk memaparkan proses pelayanan MTBS puskesmas dan diskusi best practice (implementasi kendala dan solusinya) dan menampilkan video proses pelayanan MTBS puskesmas best practice.

“Selain itu mendiskusikan tentang peran, kendala, upaya dan pencatatan pelaporan pelayanan MTBS serta menggali keterlibatan rumah sakit dalam pelayanan rujukan MTBS,” pungkasnya.

(Edi D/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *