Patrolihukum.net — Pelayanan di Rumah Sakit Hikmah Sejahtera Belopa, Luwu, Sul-Sel, kembali menuai sorotan tajam dari publik, menyusul kejadian memprihatinkan yang dialami salah satu pasien rawat inap pada Jumat (29/5/2025). Seorang pasien yang dirawat di ruang Jasmine 13 dilaporkan tidak mendapat jatah makan siang, meski sudah berada di ruang perawatan sejak siang hari.
Peristiwa ini diungkap langsung oleh suami pasien, yang tak dapat menyembunyikan rasa kecewanya terhadap manajemen rumah sakit. Ia menyatakan bahwa persoalan ini bukan semata-mata soal makanan, melainkan menyangkut pelayanan dasar yang semestinya menjadi prioritas utama dalam sistem perawatan rumah sakit.
“Saya tanya ke istri saya, sudah makan atau belum. Dia jawab belum. Katanya dari tadi siang menunggu makanan, tapi tidak datang-datang,” ujar sang suami dengan nada kecewa saat ditemui tim media.
Menurut penuturannya, petugas gizi rumah sakit sempat datang ke kamar pasien dan menanyakan jenis makanan yang diinginkan. Istri pasien menyatakan ingin makan nasi. Namun, hingga sore hari, makanan tersebut tak kunjung diberikan.
“Istri saya heran kenapa makanan siangnya tidak pernah datang. Petugas bilang, ‘tidak ada pale nakasiki tadi?’ Lalu istri saya jawab, ‘tidak ada’,” tambahnya.
Merasa janggal, suami pasien pun mencoba mengonfirmasi langsung kepada petugas pengantar makanan. Namun, penjelasan yang diterimanya justru semakin memperkuat dugaan adanya miskomunikasi internal yang serius di tubuh rumah sakit.
“Petugas bilang, ‘Saya kira tidak ada pasien di dalam. Saya kira sudah kosong, jadi saya tidak antarkan. Saya minta maaf pak,’” katanya menirukan jawaban petugas rumah sakit.
Keterangan itu membuatnya bingung. Menurutnya, sudah ada indikasi jelas bahwa kamar tersebut masih terisi. Rantang makanan pagi sempat diambil, lampu kamar memang padam tetapi pintu tidak terkunci dan ada sandal pasien di depan kamar — semua itu merupakan tanda keberadaan pasien di dalam ruangan.
“Ini bukan soal saya tidak mampu beli makanan. Makanan bisa saya beli. Tapi ini soal pelayanan. Pelayanan paling utama yang seharusnya dijamin oleh rumah sakit. Pasien tidak boleh diabaikan hanya karena miskomunikasi,” tegasnya.
Kejadian ini kembali membuka diskursus tentang lemahnya sistem koordinasi internal di rumah sakit, terutama yang menyangkut hak dasar pasien. Meskipun terlihat sepele, keterlambatan atau kegagalan dalam distribusi makanan kepada pasien rawat inap bisa berdampak buruk, baik secara fisik maupun psikologis.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Rumah Sakit Hikmah Sejahtera Belopa belum memberikan klarifikasi resmi terkait insiden tersebut. Tidak ada penjelasan rinci mengenai bagaimana komunikasi antara bagian administrasi, tim gizi, dan petugas pengantar makanan dilakukan, serta bagaimana standar operasional prosedur (SOP) distribusi makanan diberlakukan.
Suami pasien berharap, peristiwa ini menjadi momentum bagi pihak manajemen rumah sakit untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Ia menekankan pentingnya sistem informasi dan koordinasi yang akurat agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.
“Kejadian seperti ini jangan dianggap remeh. Ini menyangkut hak dan martabat pasien. Jangan sampai ada pasien lain yang mengalami hal sama karena kelalaian sistem,” tutupnya.
(Tim Redaksi)
