Berita  

Ketegangan Sejarah Antara Majapahit dan Pajajaran: Kisah Peristiwa Bubat

Patrolihukum.net — Sejarah Jawa kembali menghadirkan catatan menarik tentang interaksi antara dua kekuatan besar, Majapahit dan Pajajaran. Dikenal karena keberadaan tanah yang subur dan kekayaan budaya, keduanya memiliki peran penting dalam pembentukan kerajaan di Nusantara.

Salah satu momen krusial dalam hubungan mereka adalah Peristiwa Bubat, yang masih menyimpan misteri hingga kini. Dicatat dalam naskah Pararaton dan Kidung Sunda, peristiwa ini mencerminkan kompleksitas politik dan kebudayaan pada masa itu.

Kisah berawal ketika Hayam Wuruk, Raja Majapahit, menginginkan pernikahan dengan putri Pajajaran, Dyah Pitaloka. Upaya untuk mempersatukan kedua kerajaan melalui ikatan pernikahan mengarah pada tragedi yang mengguncang kedua belah pihak.

Di lapangan Bubat, ketegangan mencapai titik kritis. Salah tafsir dan perbedaan persepsi memicu pertikaian tak terhindarkan. Apakah kedatangan rombongan Pajajaran sebagai tanda penyerahan diri atau untuk merayakan ikatan pernikahan, menjadi simpang siur yang menyebabkan tragedi memilukan.

Pertempuran yang pecah tidak hanya mengakhiri nyawa Dyah Pitaloka dan rombongan Pajajaran, tetapi juga meninggalkan bekas luka mendalam pada hubungan antara Majapahit dan Pajajaran. Meskipun demikian, kekerasan itu tidak mewakili keseluruhan gambar hubungan antara kedua kerajaan.

Kedua kekuatan ini, sebagaimana catatan sejarah mencerminkan, tidak selalu terlibat dalam konflik terbuka. Terlepas dari ketegangan politik dan peristiwa tragis seperti Bubat, mereka juga menjalin hubungan diplomatis dan berpartisipasi dalam perdagangan yang saling menguntungkan.

Majapahit, dengan ambisinya menyatukan Nusantara di bawah payung kekuasaannya, dan Pajajaran, dengan strateginya mempertahankan kedaulatannya, menciptakan dinamika unik dalam politik Nusantara.

Dengan demikian, Peristiwa Bubat bukanlah akhir dari hubungan antara Majapahit dan Pajajaran, tetapi merupakan satu bab dalam buku sejarah yang penuh warna tentang interaksi, konflik, dan diplomasi antara dua kekuatan besar di Jawa. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *