Ketegangan di DMZ Korea Meningkat, Penduduk Desa Daeseong-dong Cemas

PANMUNJOM – Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan terus meningkat, menciptakan ketidakpastian dan kegelisahan di sepanjang zona demiliterisasi (DMZ). Perang balon dan serangan pasukan telah memperburuk situasi di wilayah penyangga militer yang dijuluki “tempat paling menakutkan di dunia” oleh mantan Presiden AS Bill Clinton pada tahun 1993.

Desa Daeseong-dong, satu-satunya daerah berpenghuni di DMZ Korea Selatan, terletak hanya 365 meter dari perbatasan Korea Utara. Penduduknya, seperti petani Park Se Un, hidup dalam bayang-bayang ketegangan yang terus meningkat. DMZ, yang memisahkan kedua Korea sejak berakhirnya perang pada tahun 1953, telah menjadi barometer hubungan antar-Korea.

Dilansir dari Guardian, baru-baru ini, Korea Utara mengirimkan ribuan balon yang isinya, seperti pupuk kandang dan puntung rokok, berhamburan di Korea Selatan. Sebagai balasan, kelompok pembelot di Korea Selatan meluncurkan balon berisi selebaran dan USB yang berisi KPpop dan KDrama untuk merongrong legitimasi Kim Jong Un.

Lebih mengkhawatirkan lagi, terdapat tiga laporan mengenai serangan tentara Korea Utara ke sisi selatan garis demarkasi bulan ini. Insiden ini berakhir setelah tentara Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan, namun menunjukkan bahwa ketegangan di DMZ semakin meningkat.

Komisi Pengawas Bangsa Netral (NNSC) yang terdiri dari tentara Swiss dan Swedia terus memantau DMZ. Mayor Jenderal Ivo Burgener dari NNSC Swiss mencatat bahwa intensitas ledakan di wilayah tersebut meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Situasi semakin diperburuk oleh pembatalan perjanjian militer komprehensif yang dibuat pada tahun 2018, yang bertujuan mengurangi risiko konflik di DMZ.

Desa Daeseong-dong kini menerima peringatan balon Korea Utara hampir setiap hari, meningkatkan kekhawatiran penduduk akan pecahnya konflik. Meski begitu, para ahli percaya bahwa permusuhan skala penuh masih tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat. Namun, DMZ tetap menjadi titik fokus ketegangan terbaru antara kedua Korea.

Park Se Un, yang keluarganya telah tinggal di desa tersebut selama beberapa generasi, berharap untuk perdamaian dan reunifikasi, memungkinkan mereka untuk bebas bergerak ke mana saja. “Harapan pribadi saya adalah bersatu, hidup damai, dan bebas pergi ke mana pun saya mau,” katanya.

** Redaksi Patrolihukum.net **

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *