Patrolihukum.net – Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan ancaman keras terhadap Ukraina setelah serangan drone yang dilakukan oleh pasukan Ukraina menargetkan bangunan tempat tinggal di Kazan, Rusia, pada Sabtu pagi (21/12/2024). Serangan tersebut melibatkan enam drone yang menyerang bangunan perumahan dan satu drone lainnya menyerang fasilitas industri di kota tersebut.
Dalam pidatonya yang disampaikan di depan para pemimpin lokal Tatarstan, Putin mengatakan, “Siapa pun, dan seberapa besar upaya mereka untuk menghancurkan, mereka akan menghadapi kehancuran yang lebih besar dan akan menyesali apa yang mereka coba lakukan terhadap negara kita.” Pernyataan tersebut disampaikan Putin pada Minggu (22/12/2024) dalam upacara pembukaan jalan di Kazan, sebagaimana dilaporkan oleh Al Jazeera.
Meskipun serangan tersebut tidak menyebabkan korban jiwa, laporan media menyebutkan bahwa tiga orang terluka akibat pecahan kaca dari jendela yang rusak. Hingga saat ini, Ukraina belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, Rusia berpendapat bahwa serangan ini merupakan balasan terhadap serangan rudal yang diluncurkan Ukraina ke wilayah Rusia sebelumnya.
Putin sebelumnya telah mengancam untuk menargetkan pusat kota Kyiv dengan rudal balistik hipersonik sebagai balasan atas serangan Ukraina di wilayah Rusia. Ancaman ini muncul saat Rusia mengklaim telah mencapai kemajuan signifikan di medan perang, khususnya di wilayah timur Ukraina.
Menurut laporan dari Kementerian Pertahanan Rusia melalui Telegram, pasukan Rusia telah “membebaskan” beberapa desa di wilayah timur laut Kharkiv, termasuk desa Lozova dan Krasnoye, yang berada dekat dengan pusat sumber daya Kurakhove di wilayah Donetsk. Pasukan Rusia juga semakin mendekati untuk menguasai wilayah ini, yang menjadi bagian dari upaya Rusia untuk menguasai seluruh wilayah Donetsk.
Klaim kemajuan di wilayah timur ini datang menjelang pergantian tahun dan di tengah perkembangan politik di Amerika Serikat, di mana Partai Republik di bawah Presiden terpilih Donald Trump berjanji untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina, meskipun tanpa mencantumkan syarat-syarat konkret untuk gencatan senjata atau perjanjian damai.
Rusia sendiri mengklaim telah merebut lebih dari 190 permukiman di Ukraina pada tahun 2024. Sementara itu, Kyiv berjuang keras untuk mempertahankan garis pertahanannya, di tengah kekurangan pasokan tenaga kerja dan amunisi yang semakin menipis.
Kehadiran ancaman Putin ini mencerminkan eskalasi ketegangan yang semakin meningkat dalam konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun, yang membawa dampak besar baik di tingkat regional maupun internasional.
(Edi D/Red/**)