Patrolihukum.net — Pada zaman keemasan di tanah Jawa, Kerajaan Pajajaran yang megah merajai dengan kekuatan budaya dan ekonomi yang luar biasa. Dipimpin oleh Prabu Siliwangi, kerajaan ini menjadi lambang kemakmuran dan keamanan bagi rakyatnya. Namun, nasib takdir berkata lain ketika ancaman dari Kesultanan Banten mengguncang kedamaian mereka.
Maulana Yusuf, pemimpin bersemangat dari Banten, memimpin pasukan besar dengan tekad mempersatukan tanah Jawa di bawah panji Islam. Pertempuran sengit antara kekuatan Pajajaran yang teguh dengan strategi perang canggih Banten tak bisa dihindari. Akhirnya, pada tahun 1579, ibu kota Pajajaran, Dayeuh Pakuan, jatuh ke tangan Banten setelah perlawanan sengit.

Runtuhnya Pajajaran tak hanya menandai kekalahan militer, tetapi juga berarti hilangnya warisan budaya Sunda kuno yang berharga. Meski demikian, semangat dan kebanggaan akan kebudayaan itu tetap hidup dalam cerita rakyat, seni, dan adat-istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kisah ini menjadi pengingat akan keagungan masa lalu serta pentingnya melestarikan dan menghargai warisan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas suatu bangsa.
(Edi D/Red/**)