Breaking news//Probolinggo, 25 Juli 2025 — Wujud nyata kolaborasi antara kekuatan moral keagamaan dan otoritas pemerintahan terlihat dalam gelaran Mujadalah Kyai Kampung, sebuah forum diskusi keagamaan dan pembangunan yang diinisiasi oleh Jami’yah Ulama Lil Maslahatul Ummah dan digelar di Atamimi Berghaus, Desa Ngadas, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Acara yang digelar mulai pukul 13.00 hingga 16.25 WIB ini dihadiri lebih dari 200 peserta dari berbagai kalangan. Mulai dari tokoh nasional, pejabat kementerian, Forkopimda, ulama, akademisi, hingga masyarakat desa tumpah ruah dalam forum yang mengusung tema penguatan peran ulama dalam pembangunan desa berbasis kemandirian dan keadilan sosial.

Hadir secara langsung Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI, Yandri Susanto, yang turut didampingi Wakil Menteri Desa, Ahmad Riza Patria, serta Wakil Menteri Koperasi DR. Ferry Juliantono yang bergabung secara daring. Deretan tokoh nasional juga mengisi panggung diskusi, di antaranya K.H. Marsudi Syuhud (Wakil Ketua Umum MUI Pusat), Prof. Dr. Siti Zuhro (Peneliti Senior BRIN), Prof. Effendi Gazali, serta Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi.
Dari tingkat lokal, hadir pula Bupati Probolinggo dr. H. Muhammad Haris, Dandim 0820/Probolinggo Letkol Arh Iwan Hermaya, serta jajaran Forkopimda Kabupaten Probolinggo lainnya. Keseluruhan elemen ini menciptakan ruang strategis lintas sektor dalam memformulasikan gagasan pembangunan berbasis nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal.
Dalam forum ini, Program Strategis Nasional Koperasi Merah Putih menjadi salah satu topik sentral yang dibahas. Para narasumber menekankan pentingnya sinergi antara ulama, pemerintah, dan masyarakat desa dalam mengembangkan model pembangunan yang tidak hanya ekonomis, tetapi juga bermoral dan inklusif.
“Koperasi adalah bentuk nyata dari nilai-nilai ta’awun atau tolong-menolong dalam Islam. Ini adalah jalan tengah antara ekonomi kapitalistik dan sosialis,” tegas K.H. Marsudi Syuhud dalam paparannya.
Sementara itu, Menteri Yandri Susanto menyampaikan bahwa Koperasi Merah Putih merupakan implementasi dari Asta Cita ke-6 Presiden RI, yakni membangun Indonesia dari desa. Menurutnya, koperasi menjadi wahana membangkitkan potensi ekonomi desa secara kolektif tanpa melupakan aspek spiritualitas dan solidaritas sosial.
Prof. Dr. Siti Zuhro menambahkan bahwa koperasi yang dikelola secara transparan dan partisipatif mampu menjadi simbol demokrasi ekonomi serta instrumen stabilitas sosial di tengah tantangan global.
Acara yang dipandu dalam format diskusi terbuka ini juga memberikan ruang tanya jawab kepada peserta. Sejumlah aspirasi dari masyarakat desa disampaikan langsung kepada para pengambil kebijakan. Dialog berlangsung hangat dan konstruktif, memperlihatkan semangat gotong royong serta kesadaran kolektif akan pentingnya peran ulama dalam pembangunan.
Kegiatan ini diinisiasi oleh M. Najib Salim At-Tamimi, tokoh muda yang juga pengasuh Atamimi Berghaus. Ia berharap agar Mujadalah Kyai Kampung dapat menjadi agenda rutin yang berperan sebagai jembatan antara visi pembangunan negara dan realitas masyarakat desa.
“Desa adalah tiang negara. Jika desa kuat, maka Indonesia akan kokoh. Oleh sebab itu, ulama dan pemerintah harus terus bersinergi dalam mendorong desa agar mandiri, religius, dan sejahtera,” ungkap Najib dalam sambutannya.
Acara berlangsung dengan aman, tertib, dan penuh antusiasme. Para peserta juga mengapresiasi pendekatan dialogis yang digunakan dalam forum ini, yang dinilai efektif untuk memperkuat kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat.
Dengan mengedepankan nilai kebersamaan dan semangat pembangunan dari bawah, Mujadalah Kyai Kampung menjadi sebuah momentum penting dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih adil, makmur, dan berdaya saing berbasis desa.
(Bambang/Pendim0820)