Probolinggo, Patrolihukum.net — Kedekatan emosional antara seorang pensiunan TNI dengan warga binaannya kembali mencuat ke publik setelah terjadi musibah yang menimpa Suarni, warga Desa Sapikerep, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Adalah N. Dodik H, seorang pensiunan tentara yang dahulu berdinas di Koramil 0820/08 Sukapura, yang menjadi sosok penting dalam proses pendampingan Suarni tersebut. Kisah kedekatan itu bukan hubungan biasa, melainkan ikatan panjang yang terjalin selama bertahun-tahun sejak ia bertugas di wilayah lereng Gunung Bromo.
Dodik H mengungkapkan bahwa meski dirinya hanya seorang tentara yang bertugas di tingkat bawah, namun hubungan dan ikatan batin yang terbangun bersama masyarakat setempat telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. “Saya sudah menganggap warga binaan saya seperti keluarga sendiri. Khususnya anak-anak di Sukapura yang saya dampingi sejak kecil,” ungkapnya, Rabu (19/11/25).

Salah seorang yang paling dekat dengannya adalah Yeyen, putri kandung dari Suarni. Yeyen, kata Dodik, sudah ia anggap sebagai anak sendiri. Bahkan, bukan hanya Yeyen, melainkan juga suaminya, Ade, yang sejak kecil berada dalam binaannya.
Ade dikenal sebagai pemuda berkeahlian otomotif dan kerap menjadi pengemudi ketika Koramil Sukapura menerima tamu dari pusat. Dodik menyebut bahwa Ade pernah dilibatkan dalam penyambutan tokoh penting, termasuk saat kunjungan Jenderal Andika Perkasa. Dalam kesempatan itu pula, ia membina Ade mengenai etika, dedikasi, wawasan kebangsaan, dan moral sebagai pemuda yang berinteraksi dengan pejabat tinggi, terutama di lingkungan TNI.
“Selama sepuluh tahun saya berdinas di Koramil Sukapura, mereka sudah seperti anak saya sendiri. Saya mengajarkan mereka banyak hal, bukan hanya soal sikap tapi juga tentang kehidupan,” ujar Dodik.
Ketika musibah tragis menimpa Suarni, ibunda Yeyen, sosok pertama yang dihubungi oleh keluarga melalui Ketua BPD Desa Sapikerep, Siswo Winardi, adalah Dodik H. Saat itu, Dodik masih berstatus sebagai prajurit aktif dan langsung merespons kabar tersebut. Kedudukannya sebagai bapak angkat dan pembina keluarga membuatnya menjadi figur yang dipercaya untuk menangani langkah-langkah awal setelah kejadian.
Dodik menuturkan bahwa panggilan tersebut menjadi bukti betapa dalamnya hubungan yang telah ia bangun selama ini. “Sebagai bapak angkatnya, saya merasa terpanggil. Mereka mempercayai saya, dan itu amanah moral yang tidak bisa saya abaikan,” tuturnya.
Kisah kedekatan Dodik H dengan keluarga Yeyen dan Ade menggambarkan hubungan harmonis antara prajurit yang bertugas di lapangan dengan masyarakat setempat. Meski kini ia telah pensiun, hubungan emosional itu tetap terjaga dan bahkan semakin kuat. Baginya, pengabdian tidak berhenti ketika seragam dilepas, melainkan terus hidup selama warga masih membutuhkan kehadiran dan pendampingannya.
Musibah yang menimpa Suarni bukan hanya meninggalkan luka yang mendalam, namun juga memperlihatkan bagaimana solidaritas dan hubungan kekeluargaan antara aparat dan masyarakat bisa terjalin dengan tulus. Dodik menegaskan bahwa dirinya akan terus mendampingi Suarni tersebut dalam proses penyelesaian masalah hingga tuntas.
“Saya akan tetap berada bersama mereka, apa pun kondisinya. Bagi saya, mereka tetap anak-anak saya,” pungkas Dodik.
(Edi D/Red/**)












