Soest, Belanda – Indonesia kehilangan salah satu tokoh perempuan bersejarah, Prof. Dr. Emilia Augustina Pangalila-Ratulangie, yang wafat dengan tenang pada Sabtu siang, 15 Februari 2025, pukul 12.00 waktu Belanda di kota Soest (Soestdijk), Utrecht, Belanda. Almarhumah menghembuskan napas terakhir pada usia 102 tahun 6 bulan 23 hari.
Sebagai putri Pahlawan Nasional Dr. G.S.S.J. Ratulangi (Sam Ratulangi), Prof. Dr. Emilia Augustina Pangalila-Ratulangie memiliki jejak sejarah yang luar biasa, baik dalam dunia politik maupun di bidang kedokteran.
Perempuan Termuda di DPR Saat Indonesia Merdeka
Sejarah mencatat, almarhumah adalah perempuan termuda pertama yang menjadi anggota DPR-RI, saat itu masih bernama Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Ia menduduki posisi tersebut ketika masih menjadi mahasiswi di Ika Daigaku, yang kemudian menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI). Keberaniannya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat di masa awal kemerdekaan menjadikannya salah satu pelopor perempuan dalam politik Indonesia.

Ahli Psikiatri Terkemuka di Belanda
Selain sebagai tokoh politik, Prof. Dr. Emilia Augustina Pangalila-Ratulangie juga dikenal sebagai seorang ahli penyakit jiwa dan saraf. Ia meraih gelar Doktor Psikiatri dari Universitas Amsterdam pada tahun 1962.
Dedikasi dan keahliannya dalam bidang kesehatan membawanya menempati posisi penting, di antaranya:
- Kepala Bagian Anak di Gementelijke Universiteit Amsterdam
- Kepala Bagian Epilepsie Centrum Koningin Emma Instituut, Belanda
Melalui keilmuannya, almarhumah memberikan kontribusi besar bagi dunia medis, khususnya dalam bidang psikiatri dan perawatan epilepsi anak.
Perjalanan Hidup dan Keluarga
Pada tahun 1954, Prof. Dr. Emilia menikah dengan alm. Willem Marthen Pangalila. Meski menetap di Belanda, kecintaannya terhadap Indonesia tak pernah luntur. Ia terus mengikuti perkembangan tanah air dan selalu berkontribusi melalui pemikirannya.
Selamat Jalan, Prof. Dr. Emilia Augustina Pangalila-Ratulangie
Kepergian almarhumah meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kolega, dan masyarakat Indonesia yang mengenal jasanya. Perjalanan panjangnya sebagai seorang pejuang, ilmuwan, dan perempuan inspiratif akan selalu dikenang dalam sejarah bangsa.
Selamat jalan, Ibu Bangsa. Semoga jasa dan perjuanganmu menjadi inspirasi bagi generasi mendatang. (**)