Probolinggo, Patrolihukum.net – Gelombang kecaman terhadap stasiun televisi Trans7 terus menguat menyusul tayangan yang dinilai melecehkan pesantren dan kiai, khususnya Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Salah satu suara paling keras datang dari Ketua LSM LIBAS88, Kiai Muhyiddin, yang menilai tindakan Trans7 merupakan penghinaan serius terhadap dunia pendidikan Islam dan para ulama pewaris perjuangan Nabi.
Dalam pernyataannya kepada awak media, Kiai Muhyiddin dengan tegas mengatakan bahwa tayangan tersebut telah melampaui batas etika jurnalistik dan moral publik.

“Apa yang dilakukan Trans7 bukan sekadar kelalaian media, tetapi bentuk penghinaan terhadap simbol pesantren dan kiai. Lirboyo bukan hanya tempat belajar, tetapi mercusuar ilmu dan akhlak yang melahirkan ribuan ulama dan guru bangsa. Trans7 harus bertanggung jawab dan segera meminta maaf secara terbuka kepada umat Islam, khususnya keluarga besar Pesantren Lirboyo,” tegasnya dengan nada tinggi.
Lebih lanjut, Kiai Muhyiddin menjelaskan bahwa dunia pesantren memiliki nilai dan tradisi luhur yang sudah menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa. Menurutnya, jika media mainstream seperti Trans7 ikut mempersepsikan pesantren dengan narasi negatif, hal itu dapat menimbulkan kesalahpahaman luas di tengah masyarakat.
“Media seharusnya menjadi jembatan pencerahan, bukan sumber provokasi yang memperkeruh citra Islam. Kebebasan pers tidak boleh disalahgunakan untuk menghina ulama. Jika rasa hormat terhadap kiai sudah hilang, maka hilang pula berkah ilmu dan moral bangsa ini,” ujarnya.
Kiai Muhyiddin yang dikenal vokal membela kepentingan umat itu juga menegaskan bahwa pihaknya akan mengawal persoalan ini secara hukum bila tidak ada langkah konkret dari pihak Trans7. Ia menilai, klarifikasi dan permintaan maaf publik merupakan langkah minimal untuk memulihkan martabat pesantren dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap media nasional.
“Kami di LIBAS88 siap mengambil langkah hukum bila Trans7 tidak segera memberikan klarifikasi resmi. Ini bukan semata soal Lirboyo, ini menyangkut marwah seluruh pesantren di Indonesia. Jangan biarkan media mempermainkan simbol-simbol keagamaan dengan alasan hiburan atau rating,” tandasnya.
Lebih jauh, ia juga menyerukan kepada masyarakat santri, alumni pesantren, serta ormas Islam agar bersatu menjaga kehormatan lembaga pendidikan Islam dari segala bentuk penghinaan dan distorsi informasi.
“Kita harus solid. Jika pesantren direndahkan, berarti akar moral bangsa sedang dirusak. Mari bersama-sama kita bela kehormatan para kiai, karena dari merekalah kita belajar arti ilmu dan adab,” pungkas Kiai Muhyiddin.
Sikap keras Kiai Muhyiddin ini menambah panjang daftar protes terhadap konten-konten media yang dianggap tidak sensitif terhadap nilai keagamaan. Masyarakat berharap, kasus ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh lembaga penyiaran agar lebih berhati-hati dalam memproduksi tayangan, khususnya yang berkaitan dengan institusi keagamaan dan tokoh spiritual bangsa.
(Edi D/Bambang/**)