Patrolihukum.net, Probolinggo (20/6/25) – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan masyarakat Probolinggo yang terus bergulir tanpa henti, muncul sebuah organisasi yang menjadi simbol harapan bagi masyarakat kecil dan terpinggirkan: Jaringan Aktivis Probolinggo atau yang dikenal dengan sebutan JAKPRO.
Organisasi ini bukan sekadar komunitas aktivis biasa, tetapi sebuah gerakan sosial yang lahir dari keprihatinan mendalam terhadap nasib kaum tertindas, terutama mereka yang selama ini tidak memiliki ruang bersuara. Diinisiasi oleh Badrus Seman, seorang tokoh pergerakan yang dikenal vokal memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil, JAKPRO kemudian dirancang menjadi wadah perjuangan kolektif demi terciptanya keadilan sosial di Bumi Probolinggo.

Menemani Badrus dalam memimpin JAKPRO adalah Purnomo yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Sosok ini dikenal sebagai aktivis lapangan yang konsisten dan tidak kenal lelah dalam menggerakkan roda organisasi. Bersama mereka, ada pula Agus Mulyanto serta sejumlah tokoh muda lain yang memiliki dedikasi tinggi dan keberanian untuk bersuara di tengah ketimpangan sosial.
Bermula dari Warung Kopi, Menjadi Gerakan Nyata
Ide besar JAKPRO sejatinya bermula dari diskusi sederhana di sebuah warung kopi pinggir jalan. Namun dari obrolan penuh idealisme itu, lahirlah semangat kolektif untuk membangun gerakan yang berpihak kepada rakyat kecil.
Mereka kemudian menyusun visi dan misi organisasi, merumuskan strategi, dan membangun jaringan. Tak sekadar berbicara, para pendiri JAKPRO langsung turun ke lapangan. Mereka memberikan pendampingan hukum, sosial, dan edukasi kepada warga yang membutuhkan.
Aksi Nyata yang Menyentuh Masyarakat
Perjalanan JAKPRO tak bisa dilepaskan dari berbagai aksi kemanusiaan yang mereka lakukan. Beberapa di antaranya antara lain:
- Pendampingan korban bencana alam, baik dalam bentuk bantuan logistik maupun advokasi pasca-bencana.
- Mendampingi petani dan masyarakat adat yang terancam tergusur akibat ekspansi proyek pembangunan.
- Memberikan pendidikan gratis dan pembinaan moral kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu.
- Memperjuangkan hak-hak buruh yang seringkali diabaikan, termasuk upah layak dan jaminan sosial.
Berbagai aksi ini membuktikan bahwa JAKPRO bukan hanya hadir sebagai organisasi formal, tetapi telah menjadi bagian dari denyut nadi kehidupan masyarakat Probolinggo.
Diterima dan Dipercaya Masyarakat
Dengan ketekunan dan keikhlasan dalam bekerja, nama JAKPRO kini mulai dikenal luas. Bukan hanya oleh masyarakat kecil yang selama ini menjadi sasaran utama mereka, tetapi juga oleh tokoh masyarakat, akademisi, dan bahkan sebagian birokrat yang mulai membuka ruang dialog.
Mereka dipandang sebagai mitra kritis dalam membangun Probolinggo yang lebih adil dan manusiawi. Beberapa program JAKPRO bahkan kini dilibatkan dalam musyawarah pembangunan tingkat kecamatan sebagai bentuk pengakuan terhadap peran sosial mereka.
Harapan untuk Masa Depan
Keberadaan JAKPRO menjadi bukti bahwa kekuatan perubahan tidak selalu berasal dari struktur kekuasaan. Justru dari akar rumput, perubahan sejati dapat dimulai. Dengan bermodalkan keberanian, solidaritas, dan integritas, JAKPRO telah membuka mata banyak orang tentang arti sebenarnya dari perjuangan sosial.
“Kami tidak sedang mencari panggung atau kekuasaan, kami hanya ingin rakyat kecil punya harapan dan masa depan yang lebih baik,” tutur Badrus Seman, penuh keyakinan.
Kini, JAKPRO tak hanya menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, tetapi juga inspirasi bagi generasi muda untuk tidak tinggal diam melihat ketimpangan. Harapan pun terus menyala di Probolinggo, berkat sekelompok orang yang memilih berjuang daripada mengeluh.
Catatan Redaksi:
Kisah JAKPRO adalah contoh nyata bagaimana semangat kolektif dan solidaritas bisa menjadi motor perubahan sosial. Di tengah tantangan zaman, organisasi seperti ini layak didukung dan dijadikan teladan. Semoga lebih banyak gerakan akar rumput yang tumbuh di berbagai daerah Indonesia.
(Edi D/Red/**)