Sukabumi Kota, 16 Desember 2024—Sejak platform aplikasi ride hailing atau ojek online (ojol) pertama kali hadir di Kota Sukabumi pada 2017, industri ini telah menjadi salah satu penggerak utama ekonomi digital di daerah tersebut. Dimulai dengan Gojek dan Grab pada tahun yang sama, disusul Indrive Maxim pada 2021, serta Shopee Food di tahun-tahun berikutnya, sektor ini terus berkembang pesat.
Keberadaan ojol membawa dampak signifikan, terutama dalam mendukung program digitalisasi ekonomi yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Sukabumi. Laporan Agustus 2022 mencatat bahwa transaksi non-tunai melalui e-money tumbuh hingga 38% di triwulan II 2022, dengan kontribusi besar dari sektor UMKM dan e-commerce. Namun, apa yang luput dari perhatian adalah peran besar para pengemudi ojol dan kurir sebagai motor penggerak di balik pertumbuhan ini.
Kontribusi Besar yang Tidak Diakui
“Kami yang menggerakkan ekonomi daerah. Dari antar makanan hingga mengantar orang bekerja, semuanya kami lakukan,” tegas Renny, Ketua Aliansi Driver Online Sukabumi Bergerak (DESAK).
Selain menjadi solusi atas kurangnya transportasi publik, pengemudi ojol membantu pemerintah daerah mengatasi kebutuhan masyarakat. Namun, kontribusi besar mereka tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan.
“Banyak dari kami yang hidup di bawah garis upah minimum, overwork, dan tanpa perlindungan sosial,” tambah Arwo, Sekjen DESAK. Hal ini diperparah dengan algoritma platform yang sering merugikan, terutama bagi pengemudi perempuan.
“Sebagai perempuan, kami sering dilecehkan sistem. Akun kami rawan di-anyepkan karena dianggap kurang produktif saat siklus bulanan,” ungkap Reni, menyoroti diskriminasi yang dialami pengemudi perempuan.
Tuntutan untuk Keadilan
Dalam aksi massa yang digelar oleh DESAK, mereka menyampaikan sejumlah tuntutan kepada pemerintah daerah dan pusat:
- Hak Dasar Perburuhan: Memenuhi hak pengemudi ojol sesuai konvensi ILO, termasuk upah minimum, jaminan sosial, dan hak reproduksi bagi pengemudi perempuan.
- Peraturan Daerah: Mendesak Pemda Sukabumi untuk menerbitkan regulasi perlindungan kerja dan jaminan sosial bagi pengemudi dan keluarga.
- Tunjangan Hari Raya: Memastikan perusahaan aplikasi memberikan THR bagi pengemudi ojol.
- Perbaikan Infrastruktur: Memperbaiki jalan berlubang dan menyediakan penerangan yang memadai.
- Fasilitas Umum: Menyediakan tempat istirahat dengan toilet dan air bersih gratis bagi pengemudi.
- Keterlibatan Pemerintah: Menghadirkan aplikator dan dinas terkait, seperti Dishub, Kemenaker, dan PPPA, untuk menyelesaikan persoalan.
Menuntut Pekerjaan Layak
Situasi sulit yang dialami pengemudi ojol dinilai bertentangan dengan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945, yang menjamin hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan layak.
“Kami menempuh aksi massa karena hukum seringkali tumpul untuk kami. Aksi ini adalah bentuk pendidikan bagi para pengemudi agar menyadari kekuatan solidaritas,” ujar Renny.
Melalui aksi ini, DESAK berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki kondisi kerja para pengemudi ojol, sehingga mereka dapat menikmati pekerjaan layak sebagaimana yang dijamin oleh undang-undang.
Narahubung:
- Renny: 0895608539191
- Arwo: 085213176998
(Edi D/Red/)*
