Kannushi dan Miko: Penjaga dan Perawat Tradisi serta Budaya Spiritual Dalam Agama Shinto

Oleh: Jacob Ereste

Shinto, agama asli bangsa Jepang, telah menjadi kepercayaan sejak zaman dahulu hingga kini, tetap langgeng dan diyakini sebagai penuntun hidup. Hal ini serupa dengan Sunda Wiwitan, Kejawen (Jawa), Marapu (Sumba), Parmalin (Tabasa), dan kepercayaan lainnya bagi suku bangsa Indonesia. Selain agama-agama lokal, ada juga agama-agama yang datang dari luar seperti Hindu, Buddha, Konghucu, dan agama-agama langit seperti Islam, Kristen, dan Yahudi yang ditandai dengan kitab suci mereka masing-masing. Padahal, di dunia masih banyak jenis agama lain yang tetap terpelihara baik oleh penganutnya.

Menariknya, penjaga kekayaan spiritual bangsa Jepang ada pada para pendeta Shinto yang tidak hanya berperan sebagai pelaksana upacara keagamaan semata, tetapi juga menjadi penghubung antara manusia atau umatnya dengan roh dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, para pendeta agama Shinto berperan menjadi pelindung budaya dan spiritual dengan meneruskan nilai-nilai luhur para leluhur yang membentuk karakter masyarakat Jepang.

Inilah kunci keberhasilan bangsa Jepang yang teguh menjaga dan membangun banyak hal dengan nilai-nilai yang bersejarah dengan sepenuh hati dan jiwa mereka. Sehingga suasana kehidupan yang berdimensi spiritual tetap terjaga dan lestari sampai hari ini.

Bahkan dalam setiap upacara dan doa, bangsa Jepang menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan roh yang ada, sebagai ekspresi dari keberadaan Tuhan. Demikian adanya dari keberadaan Shinto seperti praktik syariat yang diwujudkan dalam laku (amal) dan perbuatan sehari-hari pada ajaran sufi.

Dalam tradisi dan budaya Shinto, ada figur yang menjaga keharmonisan antara manusia dan alam serta dewa-dewa suci sebagai sublimasi dari keberadaan Tuhan yang disebut Kannushi. Jadi, Kannushi bukan sekadar pendeta, tetapi juga bertugas menjaga dan memimpin kuil Shinto, tempat yang dianggap suci oleh umatnya.

Kannushi adalah pelindung tradisi Shinto yang teguh memegang prinsip ilmu dan ritual agar praktik keagamaan Shinto yang memiliki nilai sejarah itu tidak hilang tergerus zaman. Bahkan, para Kannushi membantu umat Shinto memahami pesan spiritual dan mendapatkan panduan dari dewa-dewa alam.

Bagi bangsa Jepang, Kannushi bukan cuma pendeta, tetapi juga simbol kebijaksanaan dan kepemimpinan spiritual yang sekaligus menjaga nilai-nilai tradisional bangsa Jepang. Semua itu dilakukan dengan penuh hormat untuk melanjutkan warisan keagamaan dan kebudayaan dalam kesucian dan kebijaksanaan yang melandasi tradisi Shinto sejak beberapa abad silam.

Dalam tatanan budaya dan agama masyarakat Jepang, ada juga pendeta wanita yang disebut dengan Miko. Sosok pendeta wanita dalam tradisi dan budaya agama Shinto menghadirkan kelembutan dan keanggunan saat ritual-ritual keagamaan dilaksanakan atau saat upacara pemujaan di Kuil Shinto atau Jinja.

Para Miko lebih dikenal sebagai “Shrine Maiden,” membawa kesucian dalam setiap upacara keagamaan. Mereka bukan hanya membantu pelaksanaan ritual dengan indah, tetapi juga menghidupkan energi spiritual. Dengan pakaian merah dan putih, setiap elemen memiliki makna yang dalam, yaitu keberanian, semangat, dan kesucian yang bersih. Pakaian ini menampilkan keanggunan dan kesakralan peran Miko dalam agama Shinto.

Selain itu, tugas dan peran para Miko adalah memberi petunjuk, bimbingan, serta nasehat keagamaan dan membangun ikatan yang akrab dengan umat Shinto, termasuk komunikasi dengan roh. Shinto merupakan agama yang inklusif, memperkaya pengalaman dan pengetahuan keagamaan, serta berperan untuk lebih berkontribusi bagi orang banyak.

Lebih dari itu, peran Miko adalah menjaga suasana yang suci dalam kelembutan tradisi dan budaya agama Shinto, memandu ritual dengan atmosfer rohaniah yang sakral penuh nilai spiritual. Agaknya, inilah yang membuat tradisi dan budaya bangsa Jepang demikian solid dan kuat, karena ajaran agama Shinto yang kukuh dan tangguh, tidak bergeming dari benturan peradaban yang tengah melanda dunia.

Banten, 4 Juni 2024

(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *