Published: Edi D
Jakarta – Dalam kurun 13 tahun sejak penerbangan perdananya pada 2010, pesawat nirawak (UAV/drone) ANKA buatan Turki terus menarik perhatian negara-negara Asia dan Afrika, termasuk Indonesia. UAV ini menjadi pilihan strategis dalam memperkuat sistem pertahanan, khususnya bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ketertarikan Indonesia terhadap ANKA mulai terlihat pada 2018 ketika Kementerian Pertahanan RI membuka tender pengadaan sistem UAV. Turkish Aerospace, produsen ANKA, turut berpartisipasi dalam tender tersebut, menawarkan drone ini pada 24 Agustus 2018. Kurang dari tiga bulan kemudian, Turkish Aerospace memamerkan replika ANKA berukuran asli dalam ajang Indo Defence Expo & Forum di Jakarta, 7–10 November 2018.
Namun, proses pengadaan sempat tertunda akibat Pemilihan Presiden 2019. Setelah terpilih kembali, Presiden Joko Widodo menunjuk Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan. Di bawah kepemimpinan Prabowo, pengadaan UAV kembali digarap serius. Prabowo mengunjungi Turki pada November 2019 dan Juli 2020 untuk menjajaki kerja sama alutsista, termasuk drone ANKA.
Pada November 2022, kerjasama resmi ditandai dengan penandatanganan framework agreement antara Turkish Aerospace dan PT Dirgantara Indonesia di Indo Defence Expo & Forum 2022, disaksikan oleh Prabowo dan Kepala Badan Industri Pertahanan Turki, Prof. Ismail Demir.
Tiga bulan kemudian, pada 3 Februari 2023, Kementerian Pertahanan RI menandatangani kontrak pembelian 12 unit ANKA senilai 300 juta dolar AS (sekitar Rp 4,5 triliun). Kontrak ini mencakup program pelatihan, alih teknologi, dukungan logistik, perangkat pendukung, simulator penerbangan, infrastruktur hanggar, serta garansi selama 24 bulan atau 600 jam terbang.
Kepala Biro Humas Setjen Kemhan Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha menjelaskan bahwa kontrak tersebut saat ini dalam proses aktivasi di Kementerian Keuangan. Pengiriman ANKA ke Indonesia dijadwalkan dalam waktu 32 bulan setelah kontrak efektif.
Kesempatan Alih Teknologi
Selain untuk memperkuat pertahanan udara, kerja sama ini menjadi peluang strategis bagi Indonesia untuk membangun teknologi UAV secara mandiri. Dengan kolaborasi bersama Turkish Aerospace, diharapkan PT Dirgantara Indonesia dapat meningkatkan kemampuan riset, produksi, dan pengoperasian UAV.
ANKA dilengkapi dengan teknologi mutakhir, termasuk sistem pengintaian, pemantauan, serta kemampuan serangan presisi. Hal ini menjadikan UAV ini sebagai aset strategis yang mampu memenuhi kebutuhan operasional militer Indonesia di masa depan.
Dengan kontrak ini, langkah Indonesia dalam memperkuat pertahanan sekaligus membangun kemandirian teknologi pertahanan semakin nyata.
