Menu

Mode Gelap
TNI AD Berjuang Bersama Rakyat, Kodim 0820 Peringati Hari Juang Ke-79 Polsek Widang Tingkatkan Patroli di Perbatasan Jelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 Advokat Muda Salamul Huda Nahkodai GP Ansor Kota Probolinggo Masa Khidmat 2024-2029 88 Karateka Ikuti Ujian Kenaikan Tingkat Kodim 1009/Tanah Laut Peringatan Hari Juang Kartika TNI AD Ke-79, Dandim Tanah Laut Ajak Rakyat Bersama TNI Jaga NKRI HUT Ke-10 Sanggar Seni Reog Singo Lawu: Dukungan PKB Marelan

Opini

Gaya Arogansi Pejabat Publik: Ancaman Bagi Demokrasi dan Kepercayaan

badge-check

Oleh: Dzulfahmi (Koordinator Wilayah BEM PTNU DIY)

Patrolihukum.net — Komunikasi publik yang efektif merupakan kunci utama dalam membangun dan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam sebuah negara demokrasi. Namun, di Indonesia, kita sering menyaksikan pejabat publik yang merespons kritik dengan sikap arogan dan merendahkan, yang justru mengancam prinsip-prinsip dasar demokrasi.

Gaya Arogansi Pejabat Publik: Ancaman Bagi Demokrasi dan Kepercayaan

Beberapa waktu terakhir, pola komunikasi buruk dari pejabat tinggi negara semakin terlihat jelas, tidak hanya mencerminkan ketidakmatangan dalam berdialog, tetapi juga menunjukkan sikap anti-kritik yang membahayakan stabilitas demokrasi.

A. Pejabat yang Meremehkan Kritik Publik

Salah satu bentuk komunikasi pejabat yang arogan dapat dilihat dalam beberapa insiden, di antaranya:

  1. Hasan Nasbi dan Respons Terhadap Pers
    Sebagai Kepala Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi semestinya bertanggung jawab menjadi penghubung antara pemerintah dan masyarakat. Namun, ketika ditanya wartawan mengenai insiden pengiriman kepala babi ke kantor Tempo, ia malah menjawab dengan candaan yang tidak pantas: “Dimasak saja.” Pernyataan ini mencerminkan ketidakseriusan dalam menangani ancaman terhadap kebebasan pers.
  2. Luhut Binsar Pandjaitan dan Aksi “Indonesia Gelap”
    Gerakan “Indonesia Gelap” muncul sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat. Namun, bukannya memberikan argumen substantif, Luhut justru menanggapi kritik tersebut dengan perkataan kasar, “Mukamu yang gelap.” Sikap ini menunjukkan ketidakpedulian terhadap keresahan masyarakat dan memperlebar jurang antara pejabat dengan rakyat yang mereka wakili.

B. Dampak Buruk Arogansi Pejabat terhadap Demokrasi

Respons pejabat yang merendahkan kritik masyarakat membawa dampak serius terhadap stabilitas politik dan sosial di negara kita. Ada tiga dampak utama yang perlu diperhatikan:

  1. Merosotnya Kepercayaan Publik
    Ketika pejabat meremehkan suara rakyat, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan berkurang. Kebijakan pemerintah semakin sulit diterima oleh publik, karena masyarakat merasa bahwa aspirasi mereka tidak dihargai atau diperhitungkan.
  2. Meningkatnya Polarisasi dan Ketegangan Sosial
    Komunikasi pejabat yang buruk hanya akan memperburuk ketegangan di masyarakat. Mereka yang merasa suaranya tidak didengar akan semakin frustrasi, yang pada gilirannya dapat memicu polarisasi yang lebih tajam dan ketegangan sosial yang lebih besar.
  3. Kemunduran Demokrasi dan Menguatnya Otoritarianisme
    Demokrasi yang sehat membutuhkan ruang untuk kritik dan diskusi terbuka. Ketika pejabat terbiasa merespons kritik dengan sikap merendahkan, ini bisa menjadi pertanda kemunduran demokrasi dan beralihnya sistem pemerintahan menuju otoritarianisme.

C. Perlunya Evaluasi Komunikasi Pejabat Publik untuk Demokrasi yang Lebih Sehat

Untuk mencegah kemunduran ini, sejumlah langkah perlu segera diambil, di antaranya:

  1. Pejabat Publik Harus Mengedepankan Etika Komunikasi
    Kritik adalah bagian dari kehidupan demokrasi. Pejabat seharusnya merespons kritik dengan bijaksana, profesional, dan tidak emosional. Mereka harus belajar untuk menerima kritik sebagai masukan yang berguna.
  2. Pemerintah Harus Lebih Transparan dan Akuntabel
    Jika kritik semakin sering muncul, itu menandakan adanya masalah yang perlu diperbaiki. Pemerintah harus terbuka dalam menjelaskan kebijakan yang mereka ambil dan lebih mendengarkan suara rakyat.
  3. Media dan Masyarakat Harus Terus Kritis
    Media massa dan masyarakat sipil memiliki peran penting dalam mengawasi komunikasi pejabat publik. Kita harus memastikan bahwa sikap arogan ini tidak menjadi budaya yang diterima begitu saja. Kritik yang konstruktif harus terus disuarakan untuk menjaga agar pejabat tetap responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

D. Saatnya Pejabat Publik Berbenah

Sebagai negara demokrasi, Indonesia seharusnya menjunjung tinggi dialog terbuka antara pemerintah dan rakyat. Ketika pejabat mulai kehilangan kepekaan dalam berkomunikasi, itu adalah tanda bahaya bagi masa depan demokrasi kita. Masyarakat berhak memiliki pemimpin yang dapat berkomunikasi dengan bijaksana dan menghargai setiap kritik yang diberikan, bukan pemimpin yang merendahkan rakyat mereka.

Sudah saatnya pejabat publik melakukan evaluasi diri dan memahami bahwa kritik bukanlah ancaman, tetapi merupakan masukan berharga yang dapat digunakan untuk membangun negara yang lebih baik. (**)

(Muhammad Faisal Dzulfahmi: Koordinator Wilayah BEM PTNU DIY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

15 Media Online Tegaskan: Kami Tidak Pernah Menguasai Media Lain!

28 September 2025 - 19:08 WIB

15 Media Online Tegaskan: Kami Tidak Pernah Menguasai Media Lain!

Redaksi Buka Suara: Kami Bukan Bagian dari Kelompok Tim Investigator

28 September 2025 - 17:49 WIB

Redaksi Buka Suara: Kami Bukan Bagian dari Kelompok Tim Investigator

Wali Kota Amin: Pawai Budaya Jadi Bukti Kekuatan Kreativitas dan Kearifan Lokal Probolinggo

28 September 2025 - 08:14 WIB

Wali Kota Amin: Pawai Budaya Jadi Bukti Kekuatan Kreativitas dan Kearifan Lokal Probolinggo

Semarak Universitas Dr.Soetomo Menggelar Prosesi Wisuda Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 “Beyond The Limit For Bright Future”.

27 September 2025 - 19:55 WIB

Semarak Universitas Dr.Soetomo Menggelar Prosesi Wisuda Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 "Beyond The Limit For Bright Future".

Tour de Pattimura 2025 Sukses Digelar di Tidore

27 September 2025 - 16:46 WIB

Tour de Pattimura 2025 Sukses Digelar di Tidore
Trending di Berita