Kota Probolinggo, Patrolihukum.net | Senin, 19 Mei 2025
Di tengah maraknya makanan modern dan jajanan kekinian, kue tradisional tetap punya tempat tersendiri di hati masyarakat. Salah satunya adalah “Bikang Cungkil”, jajanan lawas yang kini kembali naik daun dan menjadi incaran banyak pengunjung di Car Free Day (CFD) Pasar Minggu, Alun-Alun Kota Probolinggo.
Kue tradisional yang terkenal dengan tekstur lentur dan serat halus ini menjadi daya tarik tersendiri. Setiap hari Minggu, mulai pukul 06.00 hingga 10.00 WIB, stan sederhana milik keluarga Nurdy selalu dipadati pengunjung. Mereka rela antre untuk menikmati kue Bikang Cungkil yang disajikan hangat langsung dari cetakan.
Nurdy, pemilik stan sekaligus pelaku UMKM yang memproduksi kue ini bersama keluarganya, menjelaskan bahwa bikang cungkil dibuat dari campuran beberapa jenis tepung dengan pewarna alami dari daun pandan. Kuah santan kental menambah cita rasa gurih yang khas.
“Proses pembuatannya cukup sederhana. Kami mulai dari jam 2 dini hari. Setelah adonan siap, kami tuang ke dalam loyang dan tunggu hingga matang. Selanjutnya, kue ini dicungkil satu per satu untuk disajikan hangat ke pembeli,” ungkap Nurdy saat ditemui di lokasi CFD, Minggu (18/05/2025).
Meski baru tiga minggu berjualan di lokasi tersebut, Nurdy mengaku tidak menyangka sambutan masyarakat begitu luar biasa. Bahkan, pembeli datang tidak hanya dari Kota Probolinggo, tapi juga dari luar kota yang penasaran dengan cita rasa unik kue tradisional tersebut.
“Alhamdulillah, antusiasme pembeli sangat tinggi. Bahkan banyak yang datang khusus karena tahu dari media sosial atau cerita teman,” tuturnya bangga.
Tidak hanya mengandalkan penjualan di CFD, Bikang Cungkil juga dipasarkan secara daring. Melalui akun media sosial dan jaringan pesan antar, kue ini dapat dipesan langsung dari rumah produksi yang berlokasi di Dusun Pandi I, Desa Banyuanyar Tengah, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo.
“Setiap hari kami bisa menghabiskan hingga 3 kilogram adonan. Kami pasarkan juga secara online lewat media sosial,” jelas Nurdy yang juga menjabat sebagai Plt. Sekretaris Kecamatan Banyuanyar.
Nurdy menambahkan, salah satu daya tarik dari Bikang Cungkil yang dijualnya adalah proses pembuatan langsung di lokasi. Hal ini memberikan nuansa autentik bagi pembeli yang ingin merasakan cita rasa asli dari kue tradisional yang disajikan hangat.
“Bikang cungkil yang kami buat tidak pernah tersisa. Setiap adonan yang kami masak langsung habis, dan kami terus melayani pembeli tanpa henti,” tambahnya.
Dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu Rp10.000 untuk satu porsi berisi empat kue, jajanan ini dinilai sebanding dengan rasa dan kualitas yang ditawarkan. Selain Bikang Cungkil, stan tersebut juga menawarkan kue tradisional lain seperti Dadar Gulung dengan harga yang sama.
Kehadiran kue tradisional di ruang publik seperti CFD tidak hanya menjadi hiburan kuliner, tetapi juga cara efektif untuk melestarikan warisan budaya kuliner Indonesia. Keberhasilan Nurdy’s Family dalam membangkitkan kembali pamor Bikang Cungkil menjadi bukti bahwa makanan tradisional tak lekang oleh waktu. (Bambang/MZ/*)
