Menu

Mode Gelap
TNI AD Berjuang Bersama Rakyat, Kodim 0820 Peringati Hari Juang Ke-79 Polsek Widang Tingkatkan Patroli di Perbatasan Jelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 Advokat Muda Salamul Huda Nahkodai GP Ansor Kota Probolinggo Masa Khidmat 2024-2029 88 Karateka Ikuti Ujian Kenaikan Tingkat Kodim 1009/Tanah Laut Peringatan Hari Juang Kartika TNI AD Ke-79, Dandim Tanah Laut Ajak Rakyat Bersama TNI Jaga NKRI HUT Ke-10 Sanggar Seni Reog Singo Lawu: Dukungan PKB Marelan

Hukum dan Kriminal

Prajurit Tewas Dianiaya Rekan, Ayah: Hukum Mati Pelaku atau Bubarkan Negara Ini

badge-check


					Prajurit Tewas Dianiaya Rekan, Ayah: Hukum Mati Pelaku atau Bubarkan Negara Ini Perbesar

Patrolihukum.net // Jakarta, 8 Agustus 2025 — Duka mendalam sekaligus kemarahan membara tengah menggelora di hati seorang prajurit TNI, Sersan Mayor Christian Namo. Ia bukan hanya kehilangan anak tercinta, namun juga kepercayaan terhadap sistem yang seharusnya melindungi. Putranya, Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23), tewas mengenaskan setelah diduga mengalami penganiayaan berat oleh rekan dan seniornya sendiri di lingkungan TNI.

Peristiwa tragis ini tidak hanya menyayat hati keluarga, tetapi juga membuka luka besar tentang sistem pembinaan, keamanan internal, dan akuntabilitas di tubuh militer Indonesia. Lucky adalah anggota TNI muda yang baru saja menyelesaikan pendidikan militernya dan dilantik pada Juni 2025 di Rindam IX/Udayana, Singaraja, Bali.

Prajurit Tewas Dianiaya Rekan, Ayah: Hukum Mati Pelaku atau Bubarkan Negara Ini

Hanya berselang satu bulan setelah mulai bertugas bersama Batalyon Teritorial Pembangunan TP 834 di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, nyawa Lucky melayang secara tragis. Ia dirawat dalam kondisi kritis di ICU RSUD Aeramo sejak 2 Agustus 2025 akibat luka-luka parah yang dideritanya. Namun takdir berkata lain, pada 6 Agustus 2025, Lucky dinyatakan meninggal dunia.

Ayah Korban Meluapkan Amarah: “Hukum Mati atau Bubarkan Negara Ini!”

Tangisan duka berubah menjadi teriakan amarah. Dalam pernyataan kerasnya, Christian Namo menyerukan hukuman mati bagi pelaku dan mempertanyakan eksistensi negara yang gagal melindungi warganya, terlebih seorang prajurit.

“Saya tentara merah putih, jiwa saya merah putih. Tapi sekarang saya bertanya, masih layakkah merah putih dikibarkan jika prajuritnya saja dibunuh oleh kawannya sendiri?!” tegasnya.

Kemarahan Christian semakin membara saat ia menyatakan siap mengambil tindakan di luar sistem hukum jika negara tidak bergerak.

“Kalau negara gagal melindungi dan hukum tidak mampu menegakkan keadilan, maka biar kami, para prajurit setia, yang turun tangan! Kami tahu cara mencari pelaku, kami tahu cara mengeksekusi keadilan!” serunya.

Pernyataan ini sontak menjadi peringatan keras terhadap negara. Ketika seorang prajurit senior kehilangan anak karena ulah internal dan menyatakan siap mengambil alih peran hukum, maka sesungguhnya kepercayaan terhadap sistem sudah berada di titik nadir.

Kematian Lucky: Simbol Kegagalan Sistemik?

Kematian Lucky bukan sekadar kasus penganiayaan. Ini adalah gambaran telanjang dari lemahnya sistem pengawasan dan pembinaan di tubuh militer. Masyarakat pun bertanya-tanya, jika anak seorang tentara saja tidak aman di lingkungan yang seharusnya terstruktur dan disiplin, bagaimana nasib warga sipil?

Para pengamat hukum dan militer menilai peristiwa ini sebagai pukulan telak bagi TNI. Harus ada transparansi dalam proses penyelidikan dan ketegasan dalam menindak para pelaku, siapa pun mereka.

“Jika ini tidak diselesaikan dengan tuntas, maka bukan hanya keluarga Lucky yang kehilangan, melainkan seluruh rakyat kehilangan rasa percaya terhadap institusi negara,” ujar salah satu pemerhati militer.

Menanti Langkah Nyata Pemerintah dan Panglima TNI

Masyarakat kini menunggu reaksi cepat dan tegas dari Panglima TNI dan Presiden RI. Tindakan yang setengah hati atau terkesan melindungi pelaku hanya akan memperbesar api kemarahan publik dan memperdalam luka keluarga korban.

Peristiwa ini harus dijadikan momentum perbaikan menyeluruh, tidak hanya dalam penegakan hukum internal militer, tetapi juga dalam pola pembinaan prajurit muda agar tak ada lagi “Lucky-Lucky” lain yang menjadi korban dari sistem yang semestinya mendidik, bukan membunuh. (Edi D/PRIMA/**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Danramil Paiton Hadiri Milad ke-20 Syubbanul Muslimin, Ribuan Jamaah Padati Ponpes Nurul Qodim

26 Oktober 2025 - 09:24 WIB

Danramil Paiton Hadiri Milad ke-20 Syubbanul Muslimin, Ribuan Jamaah Padati Ponpes Nurul Qodim

Dandim Iwan Hermaya: TNI Hadir Beri Rasa Aman di Setiap Kegiatan Keagamaan

26 Oktober 2025 - 08:13 WIB

Dandim Iwan Hermaya: TNI Hadir Beri Rasa Aman di Setiap Kegiatan Keagamaan

Wujud Sinergi TNI dan Pemasyarakatan, Kodim 1002/HST Ikut Razia di Rutan Barabai

26 Oktober 2025 - 06:02 WIB

Wujud Sinergi TNI dan Pemasyarakatan, Kodim 1002/HST Ikut Razia di Rutan Barabai

Dandim 1008/Tabalong dan Bupati Noor Rifani Lepas 500 Rider di Ajang Trail Adventure HUT TNI

25 Oktober 2025 - 18:54 WIB

Dandim 1008/Tabalong dan Bupati Noor Rifani Lepas 500 Rider di Ajang Trail Adventure HUT TNI

Satgas TMMD 126 dan Warga Saukorem Jalin Keakraban Lewat Olahraga Voli

25 Oktober 2025 - 12:42 WIB

Satgas TMMD 126 dan Warga Saukorem Jalin Keakraban Lewat Olahraga Voli
Trending di TNI, AD-AL-AU