Probolinggo, Patrolihukum.net – Semarak kemerdekaan tampak jelas di Desa Dringu, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Pemerintah Desa (Pemdes) Dringu menggelar Karnaval Budaya sebagai puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, Minggu (7/9/2025).
Acara yang selalu dinantikan masyarakat setiap tahunnya ini diikuti oleh enam kontingen dari berbagai dusun, yakni Krajan, Gandean, Ngemplak, Bandaran, Pesisir, serta Tambak. Karnaval menempuh rute sepanjang Jalan Deandles, dimulai dari Makam Contong hingga berakhir di Balai Desa Dringu.

Suasana sepanjang rute berlangsung meriah. Warga desa maupun pengunjung dari luar daerah berbondong-bondong menyaksikan, bersorak, dan memberikan dukungan kepada peserta. Bahkan, pedagang makanan dan minuman dadakan ikut meramaikan suasana, sehingga memberikan dampak positif pada perputaran ekonomi desa.
Turut hadir dalam acara ini, Camat Dringu Hj. Indah Rohani, Kapolsek Dringu IPTU Ansori, Danramil 0820/22 Dringu Kapten Czi Lalu Fahrial, serta Anggota DPRD Kabupaten Probolinggo Hj. Umil. Kehadiran mereka semakin menambah semangat para peserta dan memperkuat kebersamaan warga.
Camat Dringu, Hj. Indah Rohani, menegaskan bahwa karnaval ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga sarana mempererat persaudaraan dan memperkuat kerukunan antarwarga.
“Keharmonisan seperti ini membuat warga semakin kompak dan menyatu dalam kegiatan desa, salah satunya Karnaval Budaya ini,” ujarnya usai melepas peserta karnaval dengan pemotongan pita.
Ia pun mengapresiasi kerja keras Pemdes Dringu dan seluruh panitia yang mampu menghadirkan acara besar tersebut.
“Semoga tahun depan karnaval ini semakin meriah dengan peserta yang lebih banyak,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Dringu, Kuryadi, menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi sebagai bentuk rasa syukur sekaligus warisan budaya yang tak ternilai.
“Acara ini adalah wujud nyata kecintaan kita terhadap budaya lokal yang harus terus dijaga agar tidak punah,” ungkapnya.
Setiap kontingen menampilkan beragam pertunjukan, mulai dari tarian tradisional, paduan suara, hingga alunan musik khas dug-dug Sekartanjung. Pesertanya pun berasal dari berbagai kalangan, mulai anak-anak, remaja, hingga orang dewasa yang ikut berkreasi menampilkan seni budaya desa.
Lebih dari sekadar pesta rakyat, karnaval budaya ini menjadi wadah edukasi dan refleksi pentingnya melestarikan warisan leluhur di tengah perkembangan zaman. Selain memperkuat jalinan silaturahmi, acara ini juga mengangkat nilai ekonomi masyarakat melalui aktivitas pedagang lokal yang mendapat keuntungan dari ramainya pengunjung.
Meski rangkaian acara telah berakhir, suasana kebersamaan dan semangat nasionalisme yang terpancar selama karnaval tetap membekas di hati seluruh warga. Karnaval Budaya Desa Dringu pun terbukti bukan hanya menyatukan masyarakat lokal, melainkan juga memperkenalkan kekayaan tradisi desa kepada khalayak lebih luas.
(Bambang/Mozza)















