Patrolihukum.net – Rusia pada Rabu (11/12/2024) bersumpah akan membalas Ukraina setelah menuduh Kyiv menembakkan rudal-rudal jarak jauh yang dipasok negara-negara Barat ke lapangan terbang militer di Rostov. Serangan itu memicu ketegangan baru dalam konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengeluarkan ancaman keras, menyatakan siap meluncurkan rudal balistik hipersonik ke pusat ibu kota Kyiv jika Ukraina tidak menghentikan penggunaan rudal ATACMS yang dipasok Amerika Serikat (AS). Menurut Putin, aksi Ukraina tersebut adalah provokasi serius terhadap kedaulatan Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa serangan terbaru Ukraina menggunakan enam rudal ATACMS menyasar lapangan terbang militer di kota pelabuhan Taganrog. Serangan itu diklaim telah menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas militer.
Di sisi lain, Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, mengungkapkan bahwa Rusia kemungkinan akan segera meningkatkan serangannya dengan menggunakan rudal baru bernama Oreshnik. “Peringatan ini didasarkan pada penilaian intelijen yang menunjukkan kemungkinan Rusia dapat meluncurkan rudal Oreshnik dalam beberapa hari mendatang,” ujar Singh, seperti dikutip dari kantor berita AFP.
Eskalasi ini bukan yang pertama kali terjadi. Bulan lalu, Rusia menembakkan rudal Oreshnik yang berkemampuan nuklir ke Kota Dnipro, Ukraina. Serangan tersebut menjadi salah satu bentuk pembalasan Rusia atas penggunaan rudal jarak jauh ATACMS oleh Ukraina dan Storm Shadow yang dipasok Inggris.
Putin menegaskan bahwa penggunaan rudal-rudal tersebut oleh Ukraina telah melanggar kesepakatan internasional dan mendorong Rusia untuk mengambil langkah balasan yang lebih tegas. “Kami tidak akan tinggal diam terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh senjata Barat di tangan Ukraina,” tegas Putin.
Situasi di medan perang semakin memanas, dengan kedua belah pihak saling melancarkan serangan balasan. Ukraina menyatakan bahwa serangan terhadap fasilitas militer Rusia adalah upaya untuk mempertahankan wilayahnya dari agresi Moskow.
Ketegangan antara kedua negara ini terus menarik perhatian internasional, dengan banyak pihak menyerukan penghentian eskalasi dan dimulainya dialog damai. Namun, hingga saat ini, tanda-tanda penyelesaian konflik masih jauh dari harapan.
(Edi D/Red/**)