Patrolihukum.net —- Ketika diktator Argentina, Leopoldo Galtieri, memerintahkan invasi ke Kepulauan Falklands pada April 1982, dia meyakini Inggris tidak akan memberikan respons militer. Namun, asumsinya meleset. Perdana Menteri Margaret Thatcher, yang dikenal dengan semangat pantang menyerah, segera memerintahkan pembentukan armada besar untuk merebut kembali wilayah yang disengketakan tersebut.
Armada Inggris yang dikirim ke Atlantik Selatan mencakup sejumlah kapal perang canggih, salah satunya HMS Sheffield. Sebagai bagian dari kapal perusak Type 42 terbaru Angkatan Laut Kerajaan, HMS Sheffield memainkan peran penting dalam misi ini. Namun, keberadaan Sheffield di zona perang berakhir tragis.

Pada 4 Mei 1982, kapal ini menjadi target rudal Exocet yang ditembakkan oleh pesawat tempur Argentina. Rudal tersebut menghantam Sheffield, menyebabkan kebakaran hebat dan merusak sistem kapal secara kritis. Meski sebagian besar awak berhasil diselamatkan, insiden ini merenggut 20 nyawa pelaut Inggris.
Peristiwa tenggelamnya HMS Sheffield menjadi momen penting dalam Perang Falklands, menunjukkan bahwa konflik tersebut penuh risiko tinggi, bahkan bagi armada modern seperti Inggris. Di sisi lain, kejadian ini memperkuat tekad Inggris untuk tidak menyerah dan terus melawan hingga berhasil merebut kembali Kepulauan Falklands.
Kisah ini tidak hanya menyoroti strategi militer dan keberanian para pelaut Inggris, tetapi juga menjadi pengingat akan dampak mengerikan dari perang bagi manusia dan teknologi militer sekalipun.
(Edi D/Red/*)