Patrolihukum.net — Selasa (18 Juni 2024), Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, memperingatkan bahwa negaranya sedang menghadapi krisis yang paling serius dalam sejarahnya sejak pendiriannya. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Haaretz, Barak menegaskan bahwa kegagalan terbaru pada tanggal 7 Oktober telah memicu eskalasi konflik yang mengancam stabilitas nasional.
Barak mengkritik kepemimpinan strategis negara yang, meskipun didukung oleh keberanian militer, belum mampu mencapai tujuan strategis dalam konflik terbaru. “Krisis ini menuntut keputusan sulit tentang langkah-langkah militer di Gaza dan perluasan operasi di wilayah utara melawan Hisbullah, dengan potensi membawa Israel ke dalam konflik multi-medan dengan Iran dan sekutunya,” jelasnya.

Selain itu, Barak juga mengkhawatirkan perkembangan politik internal Israel, menggambarkan upaya kudeta yudisial yang dapat mengarah pada rezim otoriter dan etnonasionalis. “Kami menghadapi ancaman yang tidak hanya militer tetapi juga politik, dengan upaya untuk mendirikan pemerintahan yang otoriter dan rasialis,” tambahnya.
Barak menyoroti bahwa saat ini Israel menghadapi tantangan besar dalam menjaga kedaulatannya sambil mempertahankan nilai-nilai demokratis. “Kami harus segera menemukan solusi yang tidak hanya mengatasi tantangan keamanan, tetapi juga memulihkan kesatuan politik dan sosial di negara ini,” pungkasnya.
(Edi D/Red/**)